Sebelumnya aku tak pernah tahu rupa
malaikat itu seperti apa, rupa dan bentuknya secara nyata, terkadang aku
meragukan gambaran tentang malaikat yang berbalut baju putih dengan sepasang
sayap layaknya burung merpati. Aku juga tak tahu pasti malaikat yang katanya
memiliki cahaya yang benderang ditubuhnya. Tapi satu yang jelas ku tahu, sebelum aku mengenal malaikat yang dikatakan oleh mereka aku sudah lebih dulu
memiliki sosok malaikat dalam hidupku, meskipun malaikat yang kupunya tak
memiliki sayap dan cahaya yang benderang tapi sosoknya melibihi kata malaikat sebenarnya. Malaikat tanpa sayap itu bernama “Ibu”
Tanggal
22 Desember, mereka menyebutnya hari ini adalah perayaan untuk setiap wanita
super ber-predikat ‘ibu’, tapi bagiku setiap
hari yang kulewati adalah hari untukku berbakti padanya, mengabdi seluruh
yang kupunya untuknya. Setiap
hari yang kulewati adalah hari untukku meminta yang terbaik pada Rabbku agar selalu menjaganya, tersebab aku tahu bahwa hanya Dia yang mampu menjaganya. Setiap
hari yang kulewati adalah hari untukku membalas setiap keringat dan air mata
yang menetes karenaku, meskipun aku tahu bahwa sampai kapanpun aku takkan mampu
membalas kebaikannya.
Ibu
..
dua
puluh dua tahun yang lalu ketika aku
terlahir didunia,
engkau
adalah orang pertama yang rela
mengorbankan nyawa untukku,
apabila saat itu engkau harus memilih aku atau
nyawamu,
mungkin tak perlu berpikir untuk kedua kalinya membiarkan aku
hidup dan engkau
aaaa entah apa jadinya,aku tak mampu membayangkan jika itu terjadi padamu, sedangkan saat itu aku adalah orang asing
bagimu,
orang asing yang menumpang dalam rahimmu selama 9 bulan
Ibu
..
rahimmu adalah tempat ternyaman yang pernah aku singgahi,
jika diminta untuk memilih tinggal di dunia atau dalam rahimmu.
Sudah pasti aku
akan memilih rahimmu lah yang akan menjadi tempatku tinggal,
tapi itu tidak
mungkin terjadi.
Ketika aku masih dalam rahimmu aku mampu merasakan cinta
darimu,
cinta yang tak pernah henti untukku hingga aku terlahir dan melihat
dunia bersamamu, ribuan do’a untuk keselamatanku tak pernah henti dari bibirmu saat aku
dalam rahimmu hingga hari ini do’a terbaik yang kau pinta pada Allah masih jelas kurasa
Ibu ..
dari kedua tangan lembutmu untuk pertama kalinya aku
merasakan cinta, dalam setiap hembusan nafasmu Selalu terlantun do’a terbaik
untuk anak-anaknya, dari kedua tanganmu lah aku mampu belajar tentang sebuah
pengorbanan dan perjuangan.
Ibu
..
mungkin
engkau tak seperti ibu-ibu diluar sana yang menyajikan harta untuk anak anak
mereka, tapi aku percaya Bu, cintamu untuk kami tak pernah bersyarat.
Kesederhanaan yang selalu engkau ajarkan pada kami menjadikan kami anak yang
paling beruntung karna diberi kesempatan terlahir dari rahim-mu.. rahim
terbaik yang pernah kami singgahi
Ibu
..
entah
berapakali air matamu terjatuh karena kenakalanku, tapi aku teramat percaya
itu tak mengurangi sedikitpun kadar cinta yang kau punya untukku..
mntah
berapakali aku belum bisa menepati janjiku untuk menjadi anak yang membanggakan
bagimu, tapi aku teramat percaya itu tak mengurangi sedikit pun do’a do’a yang
terus terlantun untukku..
Ibu ..
maafkan
aku atas setiap air mata yang terjatuh karenaku,
maafkan
aku atas setiap keringat yang mengucur deras saat kau korbankan semua yang kau punya untuk hidupku,
maafkan
aku yang belum bisa menjadi anak yang membanggakan untukkmu,
maaf
dan maaf atas ketidak berdayaanku menjadi malaikat sepertimu
Ibu
..
tetap
kupinta do’amu untuk hidupku ,
tetap
kupinta keridhoamu untuk hidupku,
tetap
kupinta senyumanmu untuk semangatku,
peluk
dariku bu, anakmu yang masih sering nakal ^^
_Perempuan
Hujan_
Masya Allah...bagus Winda :)
BalasHapusMasya Allah, bagus Winda :)
BalasHapusMasya Allah... bagus, Winda :)
BalasHapusTerima kasih kak Eraa :)
BalasHapus