"Kadang kau harus meneladani matahari. Ia cinta pada bumi; tapi ia mengerti; mendekat pada sang kekasih justru membinasakan."
Salim A Fillah
"Akhirnya,
tiap penantian itu bermuara, arus yang mengalir menuju samudera
matahari yang hendak bermuara pada pundak seorang pangeran dari ufuk barat
yang siap mengajaknya untuk mengayuh langkah lebih lama
dalam perjalanan yang lebih jauh dari sebelumnya
pada putaran waktu yang akan terus mengulang
pada perjumpaan yang akan terjadi untuk waktu yang lama
bersama, berdua, dalam merenda cinta
menghabiskan waktu, dalam detik, menit, bahkan hingga milenia waktu"
Adalah Ana, seorang gadis shalihah yang periang, lahir dan tumbuh dari keluarga yang baik dan penyayang, sehingga menjadikannya ia gadis yang lembut dan baik hati. Seorang gadis yang ada dalam lingkungan organisasi yang menjadikannya pribadi yang berkarakter qur'ani dengan jiwa yang kokoh, sehingga menjadikannya kuat dalam uji dan coba di hidupnya.
Adalah Syukri, seorang lelaki yang shalih. Yang aku tidak mengenalnya sedikitpun, tapi padanya aku percaya ada banyak kebaikan dan kebermanfaatan yang ia tebarkan pada semesta. Dan Allah ridho pada tiap usia di hidupnya.
Hari ini, Dik..
Tepat di hari ini, perjanjian itu akan terucap. Sebuah perjanjian besar, yang telah lebih dulu tercatat dalam kitabNya di lauhul mahfudz, sebuah perjanjian untuk setia pada Rabb dan semesta dalam perjalanan yang panjang.
Hari ini, Dik..
Saat
seorang kesatria tangguh datang memintamu, meminta segala yang ada pada dirimu,
dan kau percaya dengan penuh kesadaran, menerima segala yang ada pada dirinya. Segalanya, dalam bentuk permintaan dan penerimaan.
Memindahkan semua tanggung dan jawab, yang sebelumnya ada pada pundak ibu-bapakmu, dan kini menjelma dia yang siap memikul setiap dirimu, dalam kuat dan payahnya, dalam terjaga dan lelapnya.
Kepadanya; yang mencintaimu layaknya Ali kepada Fathima, ia
diam, sunyi, bagai rasa yang ada dalam ruang kedap suara, tapi tidak dengan cinta dan doanya..
Cintanya berbisik lembut, seperti embus angin membelai dedaun di pagi hari, seperti rerintik hujan membahasi atap rumahmu, cintanya mengakar di bumi sampai nanti, di FirdausNya.
Doanya sunyi, dalam keheningan malam. Tak ada yang tahu tentang pinta yang ia rapal dalam sepertigamalamnya, namun dahsyat sehingga mampu
jadi penggetar langit, dan semesta turut serta mengamini pada pinta tulusnya.
Dan terbukti, dialah penakluk Matahari yang teduh, dialah
muara atas dirimu berlabuh, dan dialah satu yang jadi pemenang atas segala perjuangan
di penjagaan mu selama ini.
Maka, dengan pengantar sederhana yang kubuat ini, ijinkan aku menyemaikan doa di hari bahagiamu, dalam rentang jarak Jakarta-Makasar, yang terjeda puluhan mil dari sini untuk sampai di tempatmu. Tapi satu yang aku yakini, ada doa yang tak pernah tersekat ruang dan waktu.
Barakallahu laka wa baraka alaika wa jama'a bainakumma fii khair...
Selamat merayakan cinta di hari raya ini, semoga terhampar banyak keberkahan padamu dalam jum'at yang menyemai banyak berkah.
Winda S Septiana
Jakarta, 2017
Luar biasa. Kata kata yang lembut mempesona. Seolah ikut mengalir di dalamnya.
BalasHapus