Pict Form Google |
Rasulullah saat berdakwah tidak sekadar
meminta masyarakat untuk melaksanakan ibadah yang bersifat individu. Tapi
sampai menjadi islam tegak di muka bumi dan menjadi tatanan sebuah kehidupan
dalam bermasyarakat. Sebab itu Dakwah adalah sebuah perjalanan panjang dan berat.
Bahkan perjalanan dakwah bisa lebih panjang usianya daripada usia kita para dai.
“Dakwah ini tidak
mengenal sikap ganda. Ia hanya mengenal satu sikap Totalitas. Siapa yang
bersedia untuk itu, maka ia harus hidup bersama dakwah dan dakwah pun melebur
dalam dirinya. Sebaliknya, barangsiapa yang lemah dalam memikul beban dakwah,
ia akan terhalang dari pahala besar seorang mujahid dan tertinggal bersama
orang-orang yang duduk tanpa mengambil peran. Lalu Allah akan mengganti mereka
dengan generasi lain yang lebih baik dan lebih sanggup memikul dakwah ini.” (Hasan Al-Banna)
Ada Beberapa tingkatan dakwah yang harus dilalui
untuk sampai pada tingkatan tertinggi, antara lain adalah :
1. Membina
Individu
Pada tahapan pertama dalam dakwah individu yaitu
dengan membina
orang terdekat. Mengikat dengan halaqoh yang bersifat terus-menerus dalam waktu\
yang panjang demi mengupayakan perbaikan ruhiyah secara Individu, agar
terciptanya pribadi yang shalih serta berdaya guna.
orang terdekat. Mengikat dengan halaqoh yang bersifat terus-menerus dalam waktu\
yang panjang demi mengupayakan perbaikan ruhiyah secara Individu, agar
terciptanya pribadi yang shalih serta berdaya guna.
2. Membina Keluarga
Setelah selesainya di tahapan pembinaan individu,
tugas seorang dai adalah membina keluarganya untuk menjadi keluarga yang
Rabbani, keluarga yang mampu mentauhidkan Allah. Agar dari keluarga yang
terbina lahirlah dari sana generasi-generasi yang akan meneggakkan agama Allah
di belahan bumi manapun saat kakinya berpijak.
3. Membina
masyarakat
Setelah selesai dalam pembinaan keluarga, sehingga
terbentuknya kader kader dakwah dari keluarga para dai, maka masing-masing
keluarga daiyah itu mempunyai tanggung jawab dakwah dalam membina masyarakat.
4. Membangun Bangsa dan Negara
Seiring perjalanan waktu dalam membina keluarga dan
masyarakat, maka keluarlah dan bergeraklah,
kini saatnya membangun peradaban dalam skala yang lebib besar. Membangun Bangsa
dan Negara.
5. Membangun Peradaban Dunia
Jika sudah melewati tahapan dakwah sampai tingkat
Negara, maka sampailah kita pada titik
puncak tertinggi dan bangunlah peradaban dunia yang baru dengan menjadikan
islam sebagai sebuah tatanan kehidupan dalam bermasyarakat.
Agenda para dai adalah satu rangkaian
panjang sehingga islam mampu tegak di muka bumi. Yang tidak hanya sekadar
lingkaran, tidak hanya sekadar dauroh, tidak hanya sekadar kajian-kajian
bulanan. Tapi lebih besar lagi tujuan dakwah kita. Yaitu untuk menciptakan
sebuah tatanan kehidupan baru yang berlandaskan aturan-aturan islam. Sebab, hakikat
setiap kita adalah dai maka sudah semestinya kita membina individu sampai
kalimat Allah tegak di seleuruh penjuru bumi.
Usia kita mungkin tidak akan sampai
pada peradaban dunia baru. Tapi Allah telah mencatat kita sebagai bagian dari
perjuangan di jalan dakwah ini. Perjalanan ini panjang dan berat. Sudah menjadi
Tugas seorang dai untuk tidak hanya sekadar baik bagi diri sendiri, keluarga
sendiri, dan tidak hanya selesai pada kehidupan di masyarakat yang baik. Tapi
untuk dakwah yang lebih luas sehingga mampu mencakup ke seluruh penjuru di muka
bumi.
Sudah menjadi tabiat manusia itu
senangnya santai santai dan seringkali terlena pada waktu luang. Namun jika
amanah berat datang justru menghindar. Tapi percayalah wahai kader dakwah. Bahwa
Allah, memilih kita para pengemban dakwah maka sangat tidak mungkin amanah itu
salah sasaran. Saat amanah itu datang, maka bersiapsiagalah kita untuk
mengembannya, bukan malah menghindar. Dan Allah memberikan ganjaran yang sesuai
bagi perjuangan dan pengorbanan yang kita berikan untuk dakwah. Sebesar apa
perjuangan dan pengorbanan yang kau berikan untuk dakwah. Sebesar itu juga
pahala yang Allah berikan untuk kita. Begitu juga dengan kedudukan kita di mata
Allah itu setara dengan perjuangan dan pengorbanan yang kita berikan untuk
dakwah. Maka berikanlah yang terbaik untuk Allah.
Apa yang telah mereka (para
salafush shalih) berikan untuk dakwah sungguhlah tidak ada tandingannya
sedikitpun dengan yang kita berikan hari ini. Mereka lah para pembangun dakwah
di awal perjuangan, kita sebagai generasi setelah mereka menjadi penerus
perjuangan panjang ini. Bersabarlah sampai Allah katakan “Cukup sampai di sini!”.
Maka persiapkanlah dirimu sebelum berdakwah. Sebelum membina. Sehingga membina
dengan kualitas jihad. Siapkan materi,
Fisik, Ruhiyah dan Cinta pada jalan ini. Jihad menjadi satu kewajiban bagi
setiap kita, baik dalam keadaan ringan ataupun berat seperti dalam firmanNya :
QS. At-Taubah 9: Ayat 41
"Berangkatlah
kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat, dan berjihadlah dengan
harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu
jika kamu mengetahui."
Dakwah juga ibarat jual beli dengan Allah.
Sungguh tidak pernah merugi atas apa yang kita jual kepada Allah, pada harta
keluarga dan jiwa sungguh itulah
kepunyaan Allah. Seperti dalam firmanNya :
QS. At-Taubah 9: Ayat 111
"Sesungguhnya Allah membeli dari
orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk
mereka. Mereka berperang di jalan Allah; sehingga mereka membunuh atau
terbunuh, (sebagai) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan
Al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka
bergembiralah dengan jual-beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah
kemenangan yang agung."
Maka sudah menjadi hakikat bagi seorang
kader dakwah untuk berjuang bersama-sama, berlomba dalam menebar benih
kebaikan, di dalam barisan itu ada keberkahan, ada cinta dan sayap-sayap
malaikat yang menaungi tiap perjumpaan para kader dakwah. Ambil peranmu dalam
dakwah, sebab dakwah akan tetap berjalan dengan adanya kamu atau tidak dalam
barisan.
Wallahualam,
Winda S Septiana
Winda S Septiana
Komentar
Posting Komentar