Nama : Winda Septiana Sari
Nama FB : Winda S Septiana
Judul : Aku dan Lingkaran Cinta yang
mengantarkanku pada HidayahNya
Sebelum aku menceritakan perjalanan
hijrah-ku aku ingin membukannya dengan lafadz cintaNya ,
Bismillahirrohmannirrohim ..
aku seorang muslimah sederhana yang
bermimpi untuk menapaki kaki dibelahan
bumi Allah yang belum pernah aku datangi, dengan membawa identitasku sebagai
seorang muslimah (Jilbab Lebarku) dan memperkenalkan Rabbku pada dunia . Insya
Allah
**Ini kisahku**
Tidak pernah
terfikirkan sebelumnya untuk sampai ditataran seperti ini dengan mengenakan
busana serba tertutup dari ujung rambut sampai ujung kaki , kecuali telapak
tangan dan muka saja yang terlihat. Jangankan memikirkan aku berjilbab memiliki niat berjilbab pun tak ada sedikitpun. karena fikirku dulu mereka yang berjilbab
adalah mereka yang berpura-pura, bagaimana tidak, hampir semua wanita yang berjilbab
yang ku kenal saat sekolah dulu adalah wanita-wanita yang nakal (baca:Ganti
ganti pasangan). Dan aku berfikir untuk apa berjilbab jika kelakuan minus, dari
situlah timbul pemikiran bahwa aku tak perlu berjilbab yang penting kelakuanku
tidak membuat malu keluargaku, tapi itulah aku yang dulu . aku yang masih faqir
ilmu dan sampai saat inipun aku masih tetap menjadi seorang yang faqir akan
ilmuNya.
Berawal dari
kampus biruku, setelah lulus sekolah aku berniat untuk melanjutkan ke perguruan
tinggi dan aku mendaftarkan diri untuk ikut Test SNMPTN di salah satu
Universitas Negri di Jakarta, tapi qadarulloh aku ditolak oleh panitia SNMPTN
dengan alasan aku tak bisa mengambil jurusan sastra hanya karena basic ku waktu
itu dari jurusan Akuntansi, dan aku pun bingung harus daftar kemana karena pada
saat itu aku belum mengerti tentang dunia perkuliahan dan tidak ada
referensi dari siapapun untuk masuk Universitas mana,akhirnya ibuku
memberikan saran untuk aku mencoba mendaftarkan diri di salah satu kampus komputer
didaerah grogol, beberapa waktu kemudian resmilah aku menjadi seorang
mahasiswi.
Betapa
bahagia nya aku menjadi seorang anak kampus yang katanya jadi mahasiswa itu
keren, dan sekarang aku bisa merasakan menjadi seorang mahasiswa. Aku bisa
pakai baju model apapun tanpa perlu pakai seragam seperti sekolah dulu, aku
bisa bergaya sesuka hati (gumamku dalam hati) , sifatku yang aktif pun menjadi
nilai plus bagi mahasiswa baru sepertiku, aku bisa dengan mudah mendapatkan
banyak teman disini, tanpa ragu aku mendaftarkan diri untuk masuk kebeberapa
organisasi dikampusku , yaitu organisasi pecinta alam ,organisasi rohis dan
organisasi nasionalis . alasanku ikut Mapala karena menurutku orang yang sudah naik
gunung adalah orang keren dan aku mau jadi bagian dari orang keren itu, organisasi nasionalis aku memilih nya pun karena aku fikir hanya di organisasi
itulah aku bisa merasakan yang namanya menjadi seorang demonstran, keren bukan? ah itulah aku dan tapi, sebenarnya aku
tidak berniat sedikitpun untuk ikut dan daftar di rohis, tapi menurut
teman-temanku organisasi rohislah yang paling cepat mengadakan acara jalan-jalan
dalam waktu dekat, dengan harga yang terbilang murah aku bisa refreshing keluar
kota. Terdaftarlah aku sebagai peserta study tour tersebut, hubunganku dengan rohispun tidak selesai sampai di acara itu, bahkan kisahku
baru mau dimulai sejak saat itu.
Seorang senior wanita dari rohis yang mungkin memang mendapatkan tugas untuk terus mendampingi Maba sampai-sampai setiap kali
aku dan teman-temanku keluar kelas dia pasti ikut terus,dan mengajakku untuk ikut bersamanya entah mengajak
ke sekret,kantin atau kemanapun. Sampai akhirnya kita bersahabat, dia jadi kakak pertamaku di kampus, dan sudah pasti dia orang
pertama yang jadi tempat curhatku saat
itu, aku Selalu meminta pendapat darinya , dari masalah kuliah, teman, keluarga
bahkan sampai pendapat tentang
keikutsertaan aku dibeberapa organisasi.
Masuk semester 2, saat ini aku benar-benar merasa menjadi mahasiswa aktif dengan
segudang kesibukan seperti aksi demonstran ,latihan panjat tebing dan agenda
pekanan (baca:Mentoring) sampai pada suatu ketika agendaku berbenturan antar satu dengan agenda
yang lain, aku bingung, dilema, ketika harus memilih salah satu
diantara agenda itu. Aku ingin ikut semua agenda itu, tapi aku bisa apa?? Mau
tidak mau aku harus memilih salah satu nya, dan aku teringat pesan kaka
seniorku waktu itu yang masih ku ingat sampai hari ini yaitu “Sehebat apapun kamu,kamu tak’an pernah
bisa berlaku adil pada banyak pilihan, sebab hidup adalah tentang sebuah
pengorbanan dan perjuangan. Harus ada yang kamu korbankan dan pula kamu
perjuangkan” katanya.
Akhirnya aku memutuskan untuk ikut mentoring saja dengan berbagai macam pertimbangan saat itu , dan hebatnya aku saat itu biarpun aku bisa dibilang sebagai anak gaul (baca : hedonisme) tapi aku rutin ikut agenda pekanan itu, entah faktor apa yang membuatku rutin ikut mentoring yang padahal pada saat itu aku masih belum berjilbab, pakaianku pun masih nyentrik masih tidak layak dikatakan itu adalah pakaian seorang muslimah. Bahkan, ketika ada agenda main billiard atau agenda karokean selepas kuliah dan harus bentrok dengan agenda pekanan, aku lebih memilih untuk ikut mentoring dan meminta temanku untuk menunggu, jika mereka tak mau menunggu ditinggal pergi pun aku tak masalah. Tapi aku tak pernah mengerti kenapa aku lebih memilih ikut agenda mentoring tetimbang agendaku yang lain, yang padahal agendaku yang lain lebih mengasyikkan tetimbang duduk dan melingkar didalam sekret atau mushola kampus. Tapi, aku selalu saja merindukan pertemuan pekan depan dilingkaran cinta itu (baca:mentoring).
Waku berjalan semakin cepat dan aku semakin dekat dengan organ rohis,organ nasionalis dan organ Mapala tersebut tapi semakin aku dekat dengan mereka masalahpun berdatangan, seperti agenda yang bertabrakan antara Mapala, organ nasionalis dan rohis semakin sering terjadi pada waktu bersamaan, aku lebih sering ijin dari latihan panjat tebing, karena waktu latihannya sering betrok dengan agenda pekananku dan semakin lama seniorku di Mapala mulai jenuh mungkin dengan ketidak hadiranku dalam latihan rutin tersebut, dan lama kelamaan aku menghilang dari list pengkaderan CaAng (Calon Anggota). Kini fokusku hanya pada organ nasionalis dan rohis, di organ nasionalis aku masih aktif demo kesana kesini diskusi lintas kampus dengan pembahasan tak jauh dari politik kiri, dan buku bacaanku saat itu pun terbilang kiri , seperti MDH(Materialisme Dialektika Histori), KIK(Kolonialisme Imperiaisme dan Kapitalisme, Madilog(Materialisme Dialegtika dan Logika) dan masih banyak buku filsafat lainnya yang diwajibkan oleh seniorku untuk dibaca dengan tujuan ketika nanti aku diskusi dengan teman lintas kampus aku punya bahan dan wacana untuk diangkat. Kesibukanku pada organisi nasionalis membuatku jadi jarang aktif di rohis, aku lebih sering menghadiri agenda organ nasionalis tetimbang agenda rohis dan akupun bahkan sering tidak pulang kerumah karna kemaleman dijalan dan akhirnya aku menginap di kost-kostan temanku , tidur dijalanan sambil meneriaki para petinggi di Negri ini sudah jadi makananku sehari-hari, bahkan berurusan dengan polisi pun bukan hal yang tabu lagi tapi sudah biasa aku dan yang lainnya bentrok dengan polisi ketika demo, aku nyaman ada disini aku merasa bermanfaat untuk rakyat saat itu karna aku mampu mengapresiasikan suara rakyat dan membela kepentingan rakyat dengan demo didepan gedung-gedung bertingkat.
Dilain cerita, aku semakin dekat dengan seniorku itu, aku menceritakan setiap agenda ku di organ nasionalis tersebut, dia tak melarangku sedikitpun, tapi dia seringkali mengingatkan ku untuk bijak dalam memilih teman, memprioritasan sesuatu dan ah pesannya masih banyak lagi untukku tapi aku tak pernah menanggapi omongannya saat itu secara serius karna aku fikir ini hidupku, tak perlu ikut mengaturku. dia pun mulai membandingkanku dengan mereka yang berjilbab, apalagi sifat jahilku yang sering mencolek kaka senior laki-laki selepas mereka wudhu, atau kenakalanku lainnya yang buat dia sering geleng-geleng kepala melihat tingkahku , dia bilang seorang muslimah itu harus nya berjilbab apalagi aku sudah jadi anggota rohis, aku benci ketika dibandingkan dan diatur-atur seperti ini, aku hanya tertawa saja setiap kali dia menyuruhku dan aku mengalihkan pembicaraan lain agar berhenti memojokkan ku untuk berjilbab, tapi rupanya kaka senior itu tak bosan bosan mengingatkanku untuk berjilbab. Bahkan dia sering meminjamkan aku jilbab untuk sekedar mencoba dan aku sih mau saja mencoba mengenakan jilbabnya untuk membuatnya merasa senang fikirku, pasti setiap kali aku mencoba mengenakan jilbabnya setiap selesai shalat dia selalu memujiku dan selalu mengatakan aku lebih cantik dengan jilbab, tapi aku sedikitpun belum tertarik untuk mengenakan jilbab dan hanya hitungan menit jilbabnya aku kembalikan lagi kepadanya.
Kini dia menjadi kaka tingkat akhir dikampusku, hari hari kita bermain begitu menyenangkan bahkan antara aku dan dia kini sudah saling merasa memiliki meskipun aku belum berjilbab dia tak pernah membedakan aku dengan adik adiknya yang sudah berjilbab, dia tetap jadi sahabat terbaikku sekalipun sesekali dia menuntutku untuk berjilbab. Dan pada suatu malam dia menelponku dan mengatakan tentang sebuah pengakuannya yang membuatku terkejut bukan main, yaitu ketika dia jujur tentang satu hal. “Kamu tau, sebentar lagi aku lulus kuliah dan secara otomatis aku sudah tidak lagi bisa seaktif saat menjadi kaka senior di rohis, pertemuan kita akan terhalangi oleh waktu dan tempat, serta porsiku tak lagi sama untukmu dik, kamu tau kamu adalah target dakwah angkatanku, aku yang dipercaya mereka (teman seangkatannya) untuk membuatmu berubah jadi seorang muslimah sungguhan, tapi hingga hari ini tak ada perubahan sedikitpun darimu, aku merasa gagal dengan amanah ini, aku merasa tidak bermanfaat sebagai seorang sahabat” (katanya). Aku tertegun, terdiam dan membisu, aku bingung harus berkata apa padanya, tapi malam itu berjalan selayaknya malam malam sebelumnya dan untuk esokpun tetap menjadi esok seperti esok esok sebelumnya aku tak menggubris omongannya semalam, aku tetap berangkat kekampus dengan pakaian nyentrikku dan sejak malam itu dia berhenti menuntutku untuk berjilbab, ada sesuatu yang hilang rasanya , ah entahlah. Mungkin hanya perasaanku saja. Hampir dua tahun kita bersahabat tapi hingga hari ini aku masih tetap belum berjilbab dan tidak ingin berjilbab, hanya karena aku merasa belum siap dan belum pantas .
Tibalah
hari itu. hari dimana Hidayahku datang tapi bukan dari dia sahabatku melainkan dari orang
yang baru saja ku kenal dalam hitungan jam, tak habis fikir ucapannya yang
sakti atau memang sudah waktunya untuk aku bertemu dengan hidayahku, hari itu di rohis ada
agenda bakar bakar sate, aku disekret lagi bantu-bantu buat bumbu untuk
sambel, munculah dari pintu sesosok laki-laki tinggi kisaran umurnya itu 27-28 th
lah, tiba tiba dia mengucap salam dan menaruh tas ransel yang dikenakannya di dalam sekret dan seperti aneh
melihatku, aku sih cuek aja aku merasa tidak melakukan kesalahan apapun tapi
tiba tiba dia memanggil kaka seniorku dan bilang “dia anak rohis?” dan beberapa pertanyaan lain yang sebenarnya
ditujukan untukku (sambil menatap kearahku) aku bergumam sebal sekali saat itu,
siapasih orang itu belagu banget dalam hati dan tiba-tiba dia mendekat dan
mengajakku berbicara , dan semua mata tertuju padaku . dan percakapan panas itu segera
dimulai .
“kenalkan nama abang Hendra” (sambil mengisyaratkan bahwa dia memperkenalkan dirinya)
“abang
alumni rohis angkatan sekian sekian” lanjutnya Aku yang masih bingung dan pura pura
mainan HP sambil mikir , ni orang maunya apasih.
“namanya
siapa?” Ucapnya seperti penasaran
“winda”
(jawabku singkat)
“winda
anggota rohis disini?”
“iya” jawabku datar
“iya” jawabku datar
“ko
belum berjilbab?”
“belum
mau” jawabku ketus
“kapan
mau nya berjilbab?” masih penasaran dan mencari celah agar aku mau biacara,
Tapi aku masih tetap pada
pendirianku, menjawab singkat setiap pertanyaan orang asing itu, dia tak
habis akal untuk mengajakku diskusi, dia berhenti bertanya tapi malah dia
menceritakan kisahnya saat menjadi anggota rohis disini, dan kisahnya beberapa waktu lalu saat Allah menolongnya dari
kecelakaan dahsyat, “Allah memberi kesempatan (lagi) ke abang” katanya
Coba bayangin detik ini adalah detik terakhir kamu bernafas..detik ini adalah detik terakhir kamu bisa menghirup udara,dan detik ini adalah detik terakhir kamu melihat wajah kedua orang tua kamu, dia masih terus menceritakan panjang lebar dan tanpa sadar aku menangis sejadi-jadinya, aku tak fikirkan lagi malu dilihat banyak orang. Hatiku seperti ter-iris oleh pisau yang tajam sekali dan serasa aku sedang ada disebuah jalan dan sebentar lagi waktuku habis oleh BOM waktu. Orang asing itu masih terus menceritakan keMahabaikanNya Dia atas segala kesempatan yang Ia kasih untuk kedua kalinya dari kecelakaan hebatnya, sampai pada pertanyaan yang tiba-tiba aku terhenti dan termenung seperti tak mampu berkata-kata seperti biasanya ketika aku ditanya kapan mau berjilbab.
Aku diam .. membisu .. aku takut .. Usia ibu bapakku tak cukup panjang untuk menungguku berjilbab .. aku
menangis sejadi-jadinya tapi aku masih belum menjawab pertanyaanya aku masih
diam, aku takut salah dalam menjawab, aku masih belum mau berjilbab tapi aku
juga takut jika aku jadi pemberat untuk kedua orang tua-ku masuk kesyurgaNya.
dan diakhir pembicaraan panjang ini, ada pesannya yang dia sengaja sampaikan
untuk membuatku berhenti egois pada hati dan enggan untuk berjilbab.
“Obrolan
kita hari ini gak akan jadi apa apa kalo besok abang lihat kamu masih belum
berjilbab, dan air mata yang jatuh malam ini tak akan bernilai sesuatu jika
hanya sebatas air mata penipuan dari kamu”. lagi-lagi kata-kata saktinya menyudutkan aku sebagai hamba yang hina dimataNya, nafas yang Dia berikan selama
aku hidup terbuang dengan sia-sia jika aku tetap seperti ini, egois pada
hatiku sendiri sedangkan tubuh ini seutuhnya hanya milikNya , tubuh ini punya hak untuk taat padaNya.
Usai diskusi
malam mini, aku jadi tak nafsu untuk makan sate padahal aku suka sekali
pada sate. Waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 malam dan saatnya aku pulang kerumah, sepanjang perjalanan pulang aku terdiam dan merenung dibus kota menuju
rumahku, aku sedih sangat sedih malam itu entah kenapa aku takut jika aku
penyebab ibu bapakku sulit untuk masuk kesyurgaNya. sesampainya dirumah, aku
langsung mencium tangan ibu tanpa bicara tentang diskusi tadi dikampus, aku masuk kamar dan langsung
menatap kaca .
Lagi-lagi akuTerdiam …
Termenenung ..
Bingung ..
Setiap usia yang telah diberikan olehNya terbuang dengan sia-sia kah?
Apa yang harus aku perbuat ?
Apa yang harus aku lakukan esok , aku
malu pakai jilbab, Aku belum punya baju panjang, aku
belum punya jilbab, ahh entahlah malam itu rasa dalam hatiku tak karuan. Dan
tanpa sadar aku tertidur hingga terbangun dikeesokan harinya kemudian aku bergegas untuk berangkat
kekampus seperti biasa dan ketika aku berhias didepan kaca , aku teringat
diskusi tadi malam. Apa iya aku harus berjilbab sekarang ?
Tapi aku
belum pantas, aku masih belum baik, dan ahhh masih banyak kurangnya dari
diriku. aku menatap dalam-dalam wajahku di balik kaca dan dengan bermodalkan "Bismillah" aku mengganti pakaianku dengan jilbab punya temanku yang kebetulan
waktu itu aku pinjam saat acara dikampus dan untuk baju panjang , waktu itu aku
hanya mengenakan cardigan (jaket rajut) yang kupunya. Aku benar-benar tak punya
persiapan untuk berjilbab dalam waktu dekat, tapi ternyata takdirNya memang tak
pernah salah dan selalu datang diwaktu yang paling tepat.
Langsung saja aku bergegas berangkat kekampus dan ketika aku pamitan pada ibu, ibu kaget melihat anak gadisnya kekampus pakai jilbab yang padahal hari-hari sebelumnya aku anti untuk berjilbab terkecuali ada acara yang memaksaku untuk berjilbab, dan sederet pertanyaan menyerangku pagi itu, tapi aku tak ada waktu banyak untuk bercerita pada ibu, karna saat itu aku sudah kesiangan masuk kuliah, sepanjang perjalanan aku ragu, apa iya aku kenakan jilbab sekarang? ah aku mau pulang lagi, mau ganti baju. Tapi bus kota semakin cepat melaju kearah kampus dan sesampainya aku dikampus aku langsung berlari menuju kelas, aku duduk paling belakang dan tak ada yang sadar dengan kedatanganku. setelah usai pelajaran semua mata tertuju padaku dan menatapku sambil kaget dan bingung. Ada angin apa hari ini aku berjilbab . Aku malu, aku langsung mendekat ke mereka teman teman rohisku yang lebih dulu pakai jilbab, mereka mengapresiasikan jilbabku, mereka antusias untuk mendengar kenapa aku memutuskan untuk berjilbab pagi itu, dan mereka menawarkan untuk memberiku hadiah dan baju panjang . aahh senangnya pagi itu,
Tapi, tak
sedikit juga yang mencibir dan menjatuhkan,
"tak mungkin
bertahan lama si winda pake jilbab"
"Palingan juga
pake jilbab karna jadi anak rohis"
bahkan sampai ada yang mengucap kata-kata yang cukup membuatku sakit hati
“preman kampus sudah insaf yak?”
“preman kampus sudah insaf yak?”
Ingin
rasa nya aku tonjok muka orang-orang yang mencibirku waktu itu, untung saja
teman rohisku menenangkanku dengan kata-kata sabar , ah menyebalkan sekali.
“biar saja
yang mencibir, taka apa lah dikatakan sok suci atau dikatakan sok solehah
daripada kamu dikatain sok kafir atau sok hina” (kata salah satu teman
rohisku)
Dan satu orang yang bahagia dengan perubahanku itu adalah dia , kaka seniorku sekaligus murabbiku dan menjadi sahabatku, juga ikut seneng ketika melihat aku sudah berjilbab, dia langsung mengajakku untuk kerumahnya dan meminta aku untuk memilih bros, jilbab dan baju yang aku suka miliknya sebagai hadiah untukku.
Ya Rabb betapa
Maha Baiknya Engkau atas cinta ukhuwah yang kau titipkan pada hati-hati sesama
muslim, Kaka rohisku mengajarkan
aku bagaimana menjadi muslimah sebenarnya dia sering mengajakku keacara kajian
islam untuk bekal pemahamannku sebagai seorang muslimah yang baik, dia sering
memberi petuah hebat , Dan Sejak saat
itu aku memutuskan untuk memutuskan hubungan dengan pacar-pacarku. sebab aku malu pada jilbab
yang ku kenakan sekarang, aku malu jika nanti diminta pertanggung jawaban diakhirat kelak, dulu aku sangat membenci mereka yang berjilbab tapi pacaran,
maka sebab itu aku pun tidak mau membuat kotor nama baik jilbab yang kukenakan ini , kini jilbab ku adalah identitasku sebagai seorang muslimah.
Ya Rabb yang
Maha membolak balikkan hati, teguhkanlah hati ini pada AgamaMu ya Rabb ..
Sebulan dua
bulan hingga tiga bulan aku tetap masih standar dengan jilbab pendek dan celana
jeans, kaka seniorku memintaku untuk pakai rok dan kaos kaki, tapi lagi lagi
aku nyaman ketika sudah berjilbab dan enggan untuk naik ke level selanjutnya. Aku diajak ke salah satu kampus
pendidikan di Jakarta untuk melihat kehidupan rohis disana seperti apa, dan
dia memintaku untuk memakai rok tapi aku tetap membandel dan tetap pakai celana, sesampainya disekret rohis dikampus pendidikan itu aku dibuat malu dengan
pakaianku sendiri mereka semua anggun dengan jilbab yang menjulur lebar. sedangkan aku, aku masih pakai celana jeans dan baju yang ala kadarnya sebagai seorang muslimah. aku
malu .. aku malu sungguh malu, ditambah lagi aku sekarang seorang senior dan
secara otomatis tindak tandukku itu menjadi sorotan untuk adik-adiku dan aku
menjadi contoh untuk adik-adikku di rohis, ya Rabb, lagi dan lagi aku merasa
bodoh dihadapanMu. Pantas saja nasihatku selama ini tak bernyawa untuk
adik-adikku rupanya ada yang salah pada diriku, aku hanya bisa mencontohkan
tapi belum bisa memberi contoh baik untuk mereka, Allahu Rabbi maafkan aku yang
faqir akan pengetahuan ilmuMu,
Tak lama kemudian aku membuka
obrolan ke kaka seniorku tentang keinginanku mengenakan rok , tapi ada satu
kendala yaitu aku belum punya rok sama sekali , dan kakaku itu memutuskan untuk
melelang isu kekalangan kaka cewe di rohis , kalo aku ingin berhijrah pakai rok
tapi kendalanya tak punya stok rok dan dalam hitungan hari rok-rok pun
terkumpul di sekret untukku, sebagai bukti reward dari mereka dalam
memfasilitasi aku yang ingin hijrah, aku terharu melihat ukhuwah ini, ukhuwah
yang tak kutemui ditempat lain, ukhuwah yang berlandaskan cinta dan ketaatan.
Allah untuk yang kesekian kalinya Kau buat aku jatuh cinta pada mereka ,
orang-orang yang kau pilih untuk menjadi bagian puzzle dalam perjalanan
hijrahku.
Alhamdulillah aku sudah hijrah dan
memilih untuk keluar dari organisasi nasionalis dikampusku itu, dengan berat
hati aku melepasnya, begitu banyak kenangan di dua tahun yang kulewati bersama
mereka, tapi keadaanku hari ini tak lagi sama dengan saat itu, aku tak
mungkin lagi mengikuti agenda agenda organisasi itu, kini aku harus membangun
idealisme baru bukan lagi idealisme tentang filsafat dan sebagainya, tak mudah
untukku melepas mereka , pun dengan mereka tak akan membiarkan aku keluar
begitu saja dari organisasi tersebut. Tapi inilah jalan yang aku pilih , kita
yang tak lagi sama .. semoga kita tetap benar pada pilihan yang kita pilih ,
dan semoga kita tetap benar terhadapa apa yang kita korbankan dan kita
perjuangan.
Hijrahku hari ini adalah sebuah
pilihan untuk menuju pada jalan perjuangan, perjuangan melawan hawa nafsuku, melawan
keegoisanku, dan perjuangan mendapatkan RidhoNya, jika aku boleh meminta aku
ingin tetap pada lingkaran CintaNya, aku ingin tetap meminta hidayahNya dan
keistiqomahan dariNya , sebab betapa mudahnya mendapatkan hidayah tapi tidak
semua orang mampu istiqomah dan mempertahankan hidayahNya. Dan semoga aku
termasuk dalam golongan orang yang senantiasa mempertahankan keistiqomahan
dalam menggapai keridhoanNya.. bukan karna sesuatu tapi semata-mata karenaNya, dan untuk sampai tahap
ini aku merasakan jatuh bangun yang luar biasa disetiap prosesnya .. semoga
Enkau Ridho atas setiap proses yang ku jalani.. aamiin
Allahku ..
boleh aku pinta istiqomah dariMu ??
30Januari2015
waktu Malam
Komentar
Posting Komentar