Nama : Raja' bin Haywah
Lahir : Tahun 30an H di Bisan, Palestina
Wafat : Tahun 112H di Jordan
Siapakah Raja' bin Haywah?
Untuk pertama kalinya saya mendengar nama Raja' bin Haywah. Betapa cupunya saya dalam ilmu siroh. hikss
Hilangnya kisah Raja' ataukah kita yang tidak mengenalnya?
Hilangnya sejarah ataukah minimnya ilmu kita tentang sejarah?
Bukan sejarah yang telah hilang dimakan waktu, melainkan diri kitalah yang kekurangan pengetahuan tentang sejarah. Khususnya di Negara Indonesia, di mana masyarakatnya sedikit sekali yang peduli pada sejarah. Padahal untuk mengetahui sebuah identitas, pertama kali yang harus dipelajari adalah sejarahnya. Bukan begitu?
Kajian bulanan yang diadakan oleh SCI (Siroh Comunity Indonesia) kali ini mengangkat kisah tokoh ulama besar pada masa khalifah yang memiliki kontribusi luar biasa terhadap islam namun tidak banyak orang yang tahu tentang beliau. Adalah ia Raja' bin Haywah yang memiliki kedekatan spesial dengan khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Raja' bin Haywah terkenal dari sisi keshalihannnya, sehingga seringkali dipercaya untuk dimintai pendapat dan nasihat-nasihatnya dalam setiap masalah yang terjadi pada masa itu. Para penguasa terdahulu membutuhkan ulama untuk ada di sampingnya agar mampu menjadi pendengar, penasihat sekaligus ulama yang dengan tulus selalu mendoakannya.
Dahulu pada masa kekhalifahan, para khalifah dalam menentukan Guru untuk anak-anaknya yang merupakan putra mahkota, memberikan kriteria utama untuk Guru yang mengajar anaknya. Bahwa Guru tersebut harus memiliki penguasaan sejarah dan bahasa. Karena dari sejarah anak-anak mereka yang kelak melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan. Sebab, dari sejarahlah terdapat ibroh, adab dan ilmu sunnatullah.
Usia Raja' bin Haywah terpaut 30th lebih tua dari Umar bin Abdul Aziz, namun perbedaan usia yang cukup jauh tidak menjadikan halangan bagi keduanya untuk bersahabat. Naiknya tahta kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz pun tidak lepas dari campur tangan Raja' bin Haywah yang dengan sengaja membuat strategi jitu mengarahkan Sulaiman bin Abdul Malik agar memilih Umar bin Abdul Aziz untuk melanjutkan estafet kepemimpinan Sulaiman bin Abdul Malik.
Sulaiman bin Abdul Malik meninggal dunia karena sakit, sebelum meninggal ia menitipkan surat wasiat pada Raja' bin Haywah agar mengumpulkan seluruh orang di kota untuk membaiat dan menyaksikan siapakah nama yang akhirnya akan menjadi pemimpin selanjutnya, tertulislah satu nama yaitu Umar bin Abdul Aziz.
Seketika itu keadaan di ruangan tersebut menjadi sangat genting, semua orang yang ada di sana merasa tidak setuju melakukan baiat untuk pemimpin selanjutnya karena dirasa tidak fair. Dengan tegas Raja' mengatakan "Siapapun yang tidak setuju dengan keputusan ini akan aku penggal lehernya." Dengan tegas Raja' bin Haywah mengancam seluruh orang yang tidak mau membaiat Umar bin Abdul Aziz agar dipenggal lehernya oleh pengawal kerajaan yang sudah siap dengan senjatanya.
Raja' bin Haywah dekat dengan 4 khalifah di Bani Umayyah sebagai konsultan sekaligus penasihat antara lain adalah:
1. Abdul Malik bin Marwan (65H - 86H)
2. Al-Walid bin Abdul Malik (86H - 96H)
3. Sulaiman bin Abdul Malik (96H - 99H)
4. Umar bin Abdul Aziz (99H - 101H)
Setelah Umar bin Abdul Aziz meninggal dunia, Raja' bin Haywah tidak lagi mendekat pada penguasa.
Ibn' Aun menuturkan seseorang telah bertanya kepada Raja' bin Haywah, setelah tidak lagi dekat dengan penguasa setelah Umar bin Abdul Aziz meninggal. "Mengapa engkau tidak lagi mendekati penguasa?" Raja' bin Haywah menjawab "Aku telah dicukupi oleh Dia (Allah) yang menjadi alasanku menjauhi mereka." (Al-Bukhari, at-Tharikh al-Kabir)
Winda S Septiana, Jakarta, 2016.
Mantap. Lanjutkan!
BalasHapusditunggu reviewnya mas Afilin ya :D
Hapus