Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2015

Tuan bersama hujan

Hei tuan.. Kau datang bersama rinai hujan yang turun Bersama rintik yang jatuh ke bumi Kau datang  menawarkan berjuta harapan Dan aku jatuh,  terhanyut olehmu Dari hujan aku belajar mencintaimu Dari hujan aku mengeja namamu kekal dalam imaji Dari hujan aku menata  rapi ruang hati  hanya untuk kau singgahi Kujadikan hati sebagai rumah untukmu pulang Kujadikan rumah ini senyaman mungkin Untuk kau singgahi sampai habis waktu itu tiba, Menua, renta Sekalipun tanpa cinta Winda S Septiana Jakarta,2015

Bahasa Langit

Bersenandunglah dengan merdu Mengisyaratkan bahasa penuh syahdu Bukan untuk mendayu apalagi merayu Tapi menjadi jembatan antara bumi dengan langit Memanglah beda antara bumi dengan langit Berjarak jauh nun tak terjangkau Tapi, bukankah kita jua dapat berbahasa? Kita mengeja semua isyarat dengan lantang tanpa terbata Bahasa kita adalah bahasa langit Bahasa yang tidak semua penduduk bumi dapat menerka Sekalipun diterka oleh mereka  Tak jua membuat kita berhenti untuk berbahasa, kan? Hai pemilik bahasa langit Terus sahaja berbahasa Berbahasa dengan penuh makna Makna atas isyarat-isyarat yang tengah terserak Winda S Septiana, Jakarta,2015

Paksa-Patah

Aku tetap menjadi aku Kamu akan tetap menjadi kamu Kita punya porsi sendiri, dalam menempati kehidupan ini Lalu, apa masih perlu kamu menuntutku, menjadi serupa denganmu? Beberapa hal yang kamu sendiri pun tak bisa menjadi sepertiku Apa rasanya jika harus dipaksa, mengubah warna yang kau punya? Mati? Tentu tidak, bukan? Kamu akan tetap hidup, namun patah! Lalu mati perlahan Apa pernah terpikir bagaimana rasanya, jika kamu berada pada posisi orang yang dipaksa mengubah warna asli miliknya? Pernahkah? Bila belum, silakan mencoba Jika kamu tetap nyaman dengan paksaan Kamu boleh datang padaku Menceritakan keterpaksaan yang membuatmu tetap tersenyum Winda S Septiana, Jakarta 2015

Semoga saja tidak keliru (lagi)

"Seringkali kita terkecoh dalam kekhawatiran rasa di dalam hati,  lebih sering mengkhawatirkan sesuatu yang sudah pasti, seperti jodoh-rezeki dan melalaikan sesuatu yang hakikatnya perlu kita perjuangkan dan upayakan seperti amalan kita di hadapanNya"  Ustad Salim A Fillah Kurang lebih pesan yang disampaikan oleh Ustad Salim dalam taujihnya seperti itu. Jika keliru maknanya mungkin karena keterbatasanku dalam menyerap ilmu darinya, atau bisa jadi karena masih ada benih-benih sombong yang singgah dalam hati. Mohon bimbing aku selalu agar tak semakin keliru. Bismillahirahmannirrahim.. Menunaikan permintaan spesial dari seorang kaka kemarin siang, perihal tulisan yang dibuat sebelumnya   Klik di sini .  Yang tulisan itu sengaja ia buat untuk menanggapi tulisanku tentang jodoh   Klik di sini .