Langsung ke konten utama

Semoga saja tidak keliru (lagi)




"Seringkali kita terkecoh dalam kekhawatiran rasa di dalam hati,  lebih sering mengkhawatirkan sesuatu yang sudah pasti, seperti jodoh-rezeki dan melalaikan sesuatu yang hakikatnya perlu kita perjuangkan dan upayakan seperti amalan kita di hadapanNya" Ustad Salim A Fillah


Kurang lebih pesan yang disampaikan oleh Ustad Salim dalam taujihnya seperti itu. Jika keliru maknanya mungkin karena keterbatasanku dalam menyerap ilmu darinya, atau bisa jadi karena masih ada benih-benih sombong yang singgah dalam hati. Mohon bimbing aku selalu agar tak semakin keliru.

Bismillahirahmannirrahim..

Menunaikan permintaan spesial dari seorang kaka kemarin siang, perihal tulisan yang dibuat sebelumnya Klik di sini. Yang tulisan itu sengaja ia buat untuk menanggapi tulisanku tentang jodoh  Klik di sini.




Kamu menanggapinya dengan begitu santun. Terima kasih telah begitu baik mau menyediakan waktu untuk sekadar menuliskan apa yang kamu maksud tentang jodoh menurut persepsimu.

Kupikir kita (yang) keliru dalam menyamakan persepsi tentang jodoh, bukan maksudku untuk tidak berupaya dalam penggenapan ini. Memang bukan untuknya kita berupaya melainkan untukNya. Bukan pula aku membenarkan, saat dalam proses penggenapan kita tak perlu berjuang, bukan. Karena memang hakikat hidup adalah tentang perjuangan, kan? di manapun kaki kita berpijak di sanalah kita harus terus berjuang. 

Aku hanya takut, saat  menjalani proses ini aku keliru dalam menempatkan kecemasan. Merasa sangat cemas ketika rezeki dariNya tak mampu membuatku (merasa) cukup. Yang padahal Ia sudah menjanjikan rezeki untuk setiap makhluk ciptaanNya, baik di bumi ataupun di langit. Merasa sangat cemas ketika jodoh dariNya tak kunjung tiba, atau aku mencemaskan jikalau jodoh yang kelak menggenapiku adalah dia yang tidak sesuai mauku.

Lalu bagaimana dengan amalku di hadapanNya? apakah tidak sedikitpun membuatku merasa cemas. Bagaimana dengan hafalanku, tilawahku, dan semua ibadahku yang ternyata masih bercampur baur dengan sombong dalam nurani. Merasa paling baik di hadapanNya, padahal tak ada sedikitpun amal baik yang bisa aku banggakan di hadapanNya. Tak ada pula jaminan bahwa setiap amalku adalah amal yang bersih dan diterimaNya, hingga mampu menjadikan pemberat kebaikan ketika di hari hisab.

Duh.. Ilahi Rabbi mohon bimbing hati ini untuk terus bisa memperbaiki setiap niat yang kupunya, ku tau setan tak akan pernah rela jika melihat ada diantara hambaMu yang ingin melakukan ibadah kepadaMu. Begitu apik cara setan membuat kita tergelincir bahkan hanya dengan menambahkan benih-benih sombong dalam hati. Itu pun sudah jadi campur tangan setan, kan?

Itulah sebabnya aku menulis, karena aku tau  tulisanku adalah nasihat untuk diriku sendiri. Tulisanku adalah caraku untuk bercermin. dan tulisanku adalah caraku  menjadi rem pakem bagiku saat aku keliru. Setidaknya saat aku keliru akan ada yang mengingatkan, bahwa aku pernah menulis tentang itu. Tolong ingatkan aku jika suatu nanti aku keliru.

Perihal tulisanku yang tidak kamu sepakati tentang persepsiku mengenai jodoh, mungkin itu  karena aku yang kurang pandai dalam menyampaikan sesuatu atau bisa jadi karena sempitnya sudut pandangku mengenai  ilmu tentang jodoh.  Alhasil tulisanku tidak dapat kamu pahami :)


Nb - Kalau belum paham kenapa aku nulis ini, monggo di baca dulu tulisan sebelumnya yang  sudah  aku cantumkan linknya di atas :')

Winda S Septiana || Jakarta,2015

Komentar

  1. Siapa y kmrn bilang k aku, kalo bnyak cemas, ragu, takut, gak bakalan maju.

    Ayolah maju aja. Gak cuma rizki, jodoh jg udh ditentuin Allah. Ntar Allah yg bikin kita pantes buat dia, ato bikin dia pantes buat kita. Gak bakalan ketuker. Musti bakalan sekufu' kok 😁

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Deklarasi cinta yang berbeda

Gambar nyomot di mbah google Apa kamu pernah jatuh cinta dan rindu yang teramat pada manusia yang berlum pernah bertemu denganmu? Rasulullah pernah! Dengan cinta yang mahadahsyatnya kepada kita, manusia yang belum pernah bertemu dengannnya. Kau tahu? bahkan dalam embus napas terakhirnya yang terucap adalah kita, "Umati, umati, umati.." Tentangnya adalah ribuan kisah  perjuangan, serta pengorbanan untuk kehidupan seluruh manusia di akhirat nanti. Ah, Rasul.. bagaimana bisa aku tidak jatuh cinta padamu, pada tiap kisah yang ku baca dan pelajari, tentangmu selalu membuatku jatuh cinta berkali-kali.

Negeri Berjuta Rasa

https://www.google.co.id/search Kali ini saya akan  bicara tentang Indonesia. Sebelumnya, ijinkan saya bertanya terlebih dahulu pada kalian pembaca setia tulisan saya, apa yang kalian pikirkan jika mendengar kata Indonesia? hmm.. Kalau saya, akan  berpikir bahwa Indonesia adalah negeri berjuta rasa penuh warna-warni. hehehe Eh serius loh.. di tuisan kali ini, saya akan menceritakan  sedikit tentang warna-warni di Indonesia. Pernah gak sih berpikir atau mempertanyakan hal sederhana saat kita ada di dalam kelas. Ketika seorang guru meminta murid-muridnya untuk mengerjakan soal matematika, kebanyakan mereka akan mengarang bebas untuk mendapatkan jawabannya. Padahal untuk mendapatkan jawaban matematika, kita perlu berpikir untuk dapat jawaban yang tepat. Nah, di lain kesempatan. Ketika seorang guru memintamu menjawab soal bahasia Indonesia dengan tema mengarang bebas. Kamu justru akan berpikir keras untuk mendapatkan jawabannya. Dan ini terbukti di Indonesia. Selanjutnya. Pern

Resensi Buku Follow Aisyah Open Your Heart

Judul : Follow Aisyah Open Your Heart Penulis : Sri Wahyuti N Tebal : x, 190 Halaman ISBN : 978-602-7727-64-9 Penerbit : Citra Risalah Cetakan : I, 1435 H/2015 “Pesona seorang muslimah terpancar dari perilakunya sehari-hari. Dalam dekapan kasih sayang suami, ia menaburkan wanginya akhlak tanpa memandang materi sebagai landasan utamanya. Tetapi cinta kasihlah yang menjadikan keluarga menjadi sakinah, mawadah wa rahmah.” – (Sri Wahyuti N, 2015) Tak sedikit wanita hari ini yang  bangga atas istilah emansipasi, istilah yang digunakan untuk melepaskan diri seorang wanita dari kodratnya menjadi muslimah yang taat pada peraturan yang sudah ditetapkan dalam islam. Sekarang emansipasi dijadikan pembelaan diri untuk melakukan apapun yang ia senangi tanpa pedulikan gender, padahal dalam islam kedudukan wanita begitu dimuliakan, bahkan derajat wanita tiga tingkat lebih tinggi dari laki-laki. Namun sayang masih banyak sekali wanita yang tidak sadar betapa berharganya ia