Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2016

Surat Cinta ke Satu #30HariMenulisSuratCinta

Kepada : Cinta Cinta.. Apa kabar? kuharap kamu tetap dalam keadaan baikbaik saja. Sudah cukup lama aku tidak merasakan kehadiranmu di rumahku. Kamu tahu? rumahku sepi tanpa kamu di dalamnya. Seolah rumah kosong tak berpenghuni. Padahal kami hidup di dalamnya, tanpa kamu. Kami seolah mati. Ini adalah surat (cinta) pertama yang aku tulis untuk tiga-puluh-hari ke depan, dan aku mau meminta kamu hadir terus untuk menemani harihariku: setelah surat pertama, setelah hari ini, setelah habis bulan bahkan sampai habis waktuku di sini. Aku hanya ingin hidupku dipenuhi dengan kamu: Cinta. Maukah kamu jadi bagian dari aku? Winda S Septiana||Jakarta,31Januari2016 #30HariMenulisSuratCinta

Review Film Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP)

Gagah yang diperankan oleh (Hamas Syahid) adalah sosok kaka yang sempurna bagi Gita (Aquino Umar). Setelah ayahnya meninggal sosok Gagah menjadi sosok yang mampu mengisi kekosongan ruang hati adiknya yang masih duduk di bangku SMA. Gagah seorang mahasiswa yang tidak hanya tampan, baik, ramah dan pandai karate. Tapi Gagah juga mampu menjadi sosok penyayang bagi Gita, semua keinginan yang Gita mau selalu di penuhi olehnya. Kedekatan Gagah dan Gita berubah setelah Gagah pulang dari Ternate, Gagah mengubah penampilannya menjadi lebih religius. Ia mulai meninggalkan kehidupan hedonisnya yang dulu dan memulai dengan kehidupan yang baru. Namun perubahan yang ada pada diri Gagah searang justru membuat Gita tidak nyaman. Gita kehilangan sosok Gagah yang asyik, perubahan Gagah membuat Mama yang diperankan oleh (Wulan Guritno) merasa sedih. Karena ke-2 anaknya kini tidak lagi harmonis hanya karena perubahan yang ada di diri Gagah sekarang.

Butuh Jeda Agar Tak Saling Membeku

"Jadi, bagaimana dengan obrolan kita waktu itu" Aku sengaja membuka pembicaraan, agar mengalihkan tatapannya dari buku yang asyik dibacanya. "Hei..." Ia tak bergeming sedikitpun. Laki-laki di depanku membatu, seolah hujan sore tadi mengubahnya menjadi balok es. Ya, balok es yang asyik dengan deretan huruf, yang seakan tak melihatku hampir membeku karena sikapnya. Huh! "Kau bisa dengar atau tidak?!" Berkali-kali aku menarik  buku yang dibacanya, untuk memastikan bahwa ia mendengar ucapanku barusan. "Diam, bawel! kembalikan bukuku!"  Mendadak Ia melempar tatapan sinis ke arahku. "Aku punya cara sendiri dalam mengupayakanmu. Kalau kau terus merengek seperti anak bocah, jangan harap aku akan menganggap obrolan kita sesuatu yang perlu diperhitungkan!" "Tapi.." "Tapi apa lagi sih?" "Aku mau kamu sesegera mungkin mengupayakanku." "Terserah maumu, yang jelas aku punya cara sendiri dala