Langsung ke konten utama

Postingan

Negeri Berjuta Rasa

https://www.google.co.id/search Kali ini saya akan  bicara tentang Indonesia. Sebelumnya, ijinkan saya bertanya terlebih dahulu pada kalian pembaca setia tulisan saya, apa yang kalian pikirkan jika mendengar kata Indonesia? hmm.. Kalau saya, akan  berpikir bahwa Indonesia adalah negeri berjuta rasa penuh warna-warni. hehehe Eh serius loh.. di tuisan kali ini, saya akan menceritakan  sedikit tentang warna-warni di Indonesia. Pernah gak sih berpikir atau mempertanyakan hal sederhana saat kita ada di dalam kelas. Ketika seorang guru meminta murid-muridnya untuk mengerjakan soal matematika, kebanyakan mereka akan mengarang bebas untuk mendapatkan jawabannya. Padahal untuk mendapatkan jawaban matematika, kita perlu berpikir untuk dapat jawaban yang tepat. Nah, di lain kesempatan. Ketika seorang guru memintamu menjawab soal bahasia Indonesia dengan tema mengarang bebas. Kamu justru akan berpikir keras untuk mendapatkan jawabannya. Dan ini terbukti di Indonesia. Selanjutnya. Pern
Postingan terbaru

Antara Perjuangan dan Pengorbanan

Pict Form Google Rasulullah saat berdakwah tidak sekadar meminta masyarakat untuk melaksanakan ibadah yang bersifat individu. Tapi sampai menjadi islam tegak di muka bumi dan menjadi tatanan sebuah kehidupan dalam bermasyarakat. Sebab itu Dakwah  adalah sebuah perjalanan panjang dan berat. Bahkan perjalanan dakwah bisa lebih panjang usianya daripada usia kita para dai. “Dakwah ini tidak mengenal sikap ganda. Ia hanya mengenal satu sikap Totalitas. Siapa yang bersedia untuk itu, maka ia harus hidup bersama dakwah dan dakwah pun melebur dalam dirinya. Sebaliknya, barangsiapa yang lemah dalam memikul beban dakwah, ia akan terhalang dari pahala besar seorang mujahid dan tertinggal bersama orang-orang yang duduk tanpa mengambil peran. Lalu Allah akan mengganti mereka dengan generasi lain yang lebih baik dan lebih sanggup memikul dakwah ini.”  (Hasan Al-Banna)

Ketika Dua Warna Saling Menemukan

: Sebuah Narasi Pernikahan Afilin dan Resty “Saat cinta telah mengusik, perlahan ia akan berkembang membentuk fondasi menjadi sebuah bangunan di hati. Bangunan cinta sesuai petunjuk Rasul dalam sabdanya bahwa ; ‘Tidak ada bangunan di dalam Islam yang lebih dicintai oleh Allah daripada pernikahan’. Karena jika cinta dihijrahkan dari jatuh cinta menuju bangun cinta, maka cinta menjadi sebuah istana, tinggi menggapai surga. –Salim A. Fillah Hari ini, dua warna akan melebur jadi satu dalam naungan cintaNya, keduanya saling menemukan warna dalam muara pernikahan. Mengikuti sunnah Rasulnya dalam penggenapan separuh Dien. Melanjutkan kembali perjuangan untuk membangun generasi baru yang taat pada tiap titah Rabbnya. Warna itu adalah Afilin, seorang lelaki dengan perangrai yang baik, lahir dari keluarga sederhana sehingga membuatnya menjadi warna yang meneduhkan pandang, namun tak sesederhana ia dalam mengejawantahkan cinta kepada Rabbi. Adalah ia yang tumbuh dan berkembang da

Sebuah Narasi ; Pengantar Matahari dalam Penggenapan Semesta

"Kadang kau harus meneladani matahari. Ia cinta pada bumi; tapi ia mengerti; mendekat pada sang kekasih justru membinasakan."  Salim A Fillah "Akhirnya, tiap penantian itu bermuara, arus yang mengalir menuju samudera matahari yang hendak bermuara pada pundak seorang pangeran dari ufuk barat yang siap mengajaknya untuk mengayuh langkah lebih lama dalam perjalanan yang lebih jauh dari sebelumnya pada putaran waktu yang akan terus mengulang pada perjumpaan yang akan terjadi untuk waktu yang lama bersama, berdua, dalam merenda cinta menghabiskan waktu, dalam detik, menit, bahkan hingga milenia waktu" Adalah Ana, seorang gadis shalihah yang periang, lahir dan tumbuh dari keluarga yang baik dan penyayang, sehingga menjadikannya ia gadis yang lembut dan baik hati. Seorang gadis yang ada dalam lingkungan organisasi yang menjadikannya pribadi yang berkarakter qur'ani dengan jiwa yang kokoh, sehingga menjadikannya kuat dalam uji dan co

Esok

Esok, Engkaulah deras yang mengguyur setiap lini intiku... Engkaulah bahasa yang mengajarkanku berkata-kata dalam kebisuan... Engkaulah serat sutra yang kurajut dengan penuh kesakralan... Engkaulah kesadaran yang kuminati ditiap putaran waktu... Engkaulah kenangan yang ingin terus kuulangi berkali-kali dalam memori otakku... Engkaulah sebuah kemakluman dalam tingkah dan lakuku.. Engkaulah getar dalam ketidakmengertian itu... Dan... Engkaulah itu denyut  dalam urat di nadiku... Jakarta, 2017

Membahasakan Bahasa

Berbahasalah wahai Ayah, Bunda.. Ajak anak-anakmu untuk berdialong dengan bahasa yang tak biasa, dengan bahasa yang diajarkan Rasulullah kepada Abdullah bin Abbas dalam mengenalkan tauhid pada Rabbnya. Abdullah bin Abbas adalah keponakan Rasulullah yang pada saat itu usianya baru berkisar 10th, tapi Rasulullah selalu mengajaknya berdialog dengan bahasa yang indah nun rupawan. Dengan bahasa yang tak biasa disampaikan pada anak seusianya. Tapi, Rasulullah membahasakan itu padanya. Suatu hari saat Rasulullah membonceng Abdullah bin Abbas di atas  unta untuk satu perjalanan. Kemudian Rasulullah berucap  "Jagalah Allah, Nak. Maka Allah akan menjagamu." Secara logika, anak kecil mana yang mampu mengerti bahasa seperti itu, tinggi dan membingungkan, tapi tidak dengan Abdullah bin Abbas kecil, seorang anak kecil yang cerdas, mampu mengerti perkataan Rasulullah. Bayangkan, bagaimana mungkin kita bisa menjaga Allah sedangkan Allah tidak terlihat. Tapi kecerdasan Abdullah bi

Deklarasi cinta yang berbeda

Gambar nyomot di mbah google Apa kamu pernah jatuh cinta dan rindu yang teramat pada manusia yang berlum pernah bertemu denganmu? Rasulullah pernah! Dengan cinta yang mahadahsyatnya kepada kita, manusia yang belum pernah bertemu dengannnya. Kau tahu? bahkan dalam embus napas terakhirnya yang terucap adalah kita, "Umati, umati, umati.." Tentangnya adalah ribuan kisah  perjuangan, serta pengorbanan untuk kehidupan seluruh manusia di akhirat nanti. Ah, Rasul.. bagaimana bisa aku tidak jatuh cinta padamu, pada tiap kisah yang ku baca dan pelajari, tentangmu selalu membuatku jatuh cinta berkali-kali.