Langsung ke konten utama

Kepada : Nina gadis kecil di rumah singgah

Hallo, Nina sayang. apa kabar?

Nina sayang mungkin sudah lupa kalau aku  belum membalas surat Nina 5Desember2015 tahun lalu, surat yang Nina titipkan pada Kak Tika guru Nina di rumah singgah. Nina sayang pasti tambah pintar membuat surat ya, sekarang. Maafkan aku ya, lama sekali membalas suratmu. Tapi tenang sayang, aku tidak lupa untuk membalasnya.

Apa kabar Ibu dan Bapak Nina? apa masih marah-marah kalau aku datang ke rumahmu? semoga sudah tidak, ya. Rumahmu, bagaimana? masihkah bocor-dan-banjir setiap kali aku datang dengan deras? semoga tidak lagi :")

Nina, maafkan aku karena belakangan ini akan  datang ke rumahmu lebih sering dari biasanya, lebih deras dari biasanya. Aku rindu kamu, menemanimu saat malam, menyelami mimpi indah bersamamu agar kamu tetap terlelap dengan manis dalam mimpimu.

Nina pernah memintaku untuk berjanji agar tidak turun di rumahmu. Agar rumahmu tidak bocor-dan-banjir, agar ibu tetap bisa berjualan dan bapak tetap bisa memulung. Tapi maaf Nina, aku tidak bisa berjanji, aku tidak punya kendali akan itu, sebab kendaliku ada pada perintah Tuhan.


Nina tenang saja, aku akan merayu Tuhan agar memberikan atap  yang kuat, dinding yang kokoh di rumahmu. Supaya setiap kali aku datang ke rumahmu ayah dan ibu tidak lagi marah dan mencaci kedatanganku. Ibu tetap bisa berjualan dan Bapak tetap bisa memulung, tanpa mengkhawatirkan rumahnya banjir atau bocor akibat aku yang datang secara berbondongbondong.

Nina tahu? aku selalu  bersedih jika kehadiranku justru membuat banyak orang membenci-mencaci kedatanganku, yang padahal kata Tuhan aku adalah berkah bagi semesta. Nina tidak membenciku, kan?

Nina maukah kamu  mengubah benci menjadi do'a disetiap kali aku datang menyapa tanah di rumahmu, membasahi dahan pohon depan rumahmu, Nina tetap berdo'a ya disetiap aku datang,  Nina janji ya padaku? untuk tidak  membenci  kedatanganku.


Dari hujan yang datangnya terkadang membuat Ibu dan Bapak Nina marah :)


( Membalas surat Nina 5Desember2015 tahun lalu di notesnya Kak Izzudin : Surat untuk Hujan )

#30HariMenulisSuratCinta
Hari ke empat



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Deklarasi cinta yang berbeda

Gambar nyomot di mbah google Apa kamu pernah jatuh cinta dan rindu yang teramat pada manusia yang berlum pernah bertemu denganmu? Rasulullah pernah! Dengan cinta yang mahadahsyatnya kepada kita, manusia yang belum pernah bertemu dengannnya. Kau tahu? bahkan dalam embus napas terakhirnya yang terucap adalah kita, "Umati, umati, umati.." Tentangnya adalah ribuan kisah  perjuangan, serta pengorbanan untuk kehidupan seluruh manusia di akhirat nanti. Ah, Rasul.. bagaimana bisa aku tidak jatuh cinta padamu, pada tiap kisah yang ku baca dan pelajari, tentangmu selalu membuatku jatuh cinta berkali-kali.

Negeri Berjuta Rasa

https://www.google.co.id/search Kali ini saya akan  bicara tentang Indonesia. Sebelumnya, ijinkan saya bertanya terlebih dahulu pada kalian pembaca setia tulisan saya, apa yang kalian pikirkan jika mendengar kata Indonesia? hmm.. Kalau saya, akan  berpikir bahwa Indonesia adalah negeri berjuta rasa penuh warna-warni. hehehe Eh serius loh.. di tuisan kali ini, saya akan menceritakan  sedikit tentang warna-warni di Indonesia. Pernah gak sih berpikir atau mempertanyakan hal sederhana saat kita ada di dalam kelas. Ketika seorang guru meminta murid-muridnya untuk mengerjakan soal matematika, kebanyakan mereka akan mengarang bebas untuk mendapatkan jawabannya. Padahal untuk mendapatkan jawaban matematika, kita perlu berpikir untuk dapat jawaban yang tepat. Nah, di lain kesempatan. Ketika seorang guru memintamu menjawab soal bahasia Indonesia dengan tema mengarang bebas. Kamu justru akan berpikir keras untuk mendapatkan jawabannya. Dan ini terbukti di Indonesia. Selanjutnya. Pern

Resensi Buku Follow Aisyah Open Your Heart

Judul : Follow Aisyah Open Your Heart Penulis : Sri Wahyuti N Tebal : x, 190 Halaman ISBN : 978-602-7727-64-9 Penerbit : Citra Risalah Cetakan : I, 1435 H/2015 “Pesona seorang muslimah terpancar dari perilakunya sehari-hari. Dalam dekapan kasih sayang suami, ia menaburkan wanginya akhlak tanpa memandang materi sebagai landasan utamanya. Tetapi cinta kasihlah yang menjadikan keluarga menjadi sakinah, mawadah wa rahmah.” – (Sri Wahyuti N, 2015) Tak sedikit wanita hari ini yang  bangga atas istilah emansipasi, istilah yang digunakan untuk melepaskan diri seorang wanita dari kodratnya menjadi muslimah yang taat pada peraturan yang sudah ditetapkan dalam islam. Sekarang emansipasi dijadikan pembelaan diri untuk melakukan apapun yang ia senangi tanpa pedulikan gender, padahal dalam islam kedudukan wanita begitu dimuliakan, bahkan derajat wanita tiga tingkat lebih tinggi dari laki-laki. Namun sayang masih banyak sekali wanita yang tidak sadar betapa berharganya ia