Aku mencintaimu tuan, bahkan sejak pertemuan kita yang pertama. Katanya cinta itu datang karena seringya berinteraksi, tapi ini tidak berlaku padaku. Aku mencintaimu tuan, yang padahal kita belum pernah bercengkarama dalam nyata. Aku sering mendengar kehebatanmu dari mulut-mulut mereka yang tak henti megagungkan namamu, tapi tenang saja aku bukan pengidola buta yang lantas jatuh hati saat mendengar namamu disebut-sebut. Aku mencintaimu tuan, titik. Cinta tak perlu alasan kan mengapa ia harus menetap pada hati yang dikehendakiNya.
Aku tau ada banyak mata yang menatap ke arahmu, menunjukkan kagumnya pada sosokmu. Aku tidak buta tuan, aku melihat itu. Kau memang pantas dikagumi, sebab ada banyak kebaikkan dalam dirimu. Aku tidak akan cemburu akan hal itu, mungkin. Percayalah, aku akan jadi orang yang mendukungmu jika ada diantara mereka yang kau pilih nantinya, yang memang sudah ditetapkan oleh Sang Maha. Sekalipun aku tidak tau rupaku nanti saat datang di acara pernikahanmu.
Laksana Ali dan Fatimah, yang begitu pandai memendam rasa. Aku juga ingin sepertinya, tak akan memaksaNya untuk membuatmu menetap di sini bersamaku. Sebab, dalam mencinta aku tak mau egois. Aku tak mau membuatmu terkekang oleh rasa yang kupunya. Aku hanya meyakini satu hal jika aku tempatmu kembali maka pada pelukku kau akan pulang. Perihal takdir kita tidak pernah tau kan siapa yang sudah Allah catat dalam Lauhul Mahfudz untuk menjadi pendamping kita. Menikmati setiap rasa menurutku adalah cara terbaik yang kupunya, menyerahkan segala pasrah kepada Sang Maha adalah caraku menghindari sakit hati yang akan membuatku patah.
Winda S Spetiana | Jakarta,2015
Konon, klo urusan cinta, kata orang2: mending pecah d perut daripada pecah d mulut. Tapi ntar ujung2nya jadi kayak angin: ditahan bikin sakit, dikeluarin bikin malu 😄
BalasHapusKalo jodoh gak akan ketuker kok 😁✌
aih aih aih... ini tulisan mak jleb tenan...
BalasHapus